MAKALAH
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
“Kearah
Mana Akan dibawa Pendidikan di Indonesia?”
Dosen
Pengampu: Firdaus, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Zakiah
Ansari NST
146410099
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
Kearah
mana akan dibawa Pendidikan di Indonesia?
Pendidikan merupakan
hal terpenting untuk masa depan,
pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk sebuah
perubahan dan pembangunan ke arah perkembangan yang maju. Tuntutan zaman lah
yang membuat sebuah pendidikan harus lebih berkembang. Pendidikan yang membuat
negara lebih berkembang, karena dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Tanpa
pendidikan semua tidak akan sesuai dengan keinginan manusia pada hakikatnya
untuk lebih maju dan berkembang.
Pada dasarnya pendidikan yang efektif adalah suatu
pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah,
menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan
demikian, pendidik dituntut untuk dapat menigkatkan keefektifan pembelajaran
agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Pendidikan di Indonesia barada dalam sebuah dilema
antara tujuan menciptakan hasil didik yang cerdas secara emosional dan spritual
dengan menjunjung tinggi nila-nilai kejujuran dan nilai-nilai pancasila. Di
satu sisi dengan pendidikan yang hanya menghasilkan peserta didik yang hanya
pintar secara intelektual tetapi miskin akhlak dan moral, membangga-banggakan
nilai yang di dapat dari cara yang kurang terpuji seperti menyontek ketika
ulangan, dengan tanpa malu dan merasa berdosa memberikan contekan terhadap
siswa ketika Ujian Nasional.
Tujuan pendidikan di
Indonesia adalah dalam rangka menciptakan anak bangsa yang berkualitas, berjiwa
pancasila yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga cerdas secara
emosional dan spiritual dengan menjujung tinggi nilai-nilai kejujuran yang
merupakan nilai-nilai pancasila. Yang lebih memprihatinkan ketika melihat
kondisi siswa dimana ucapan salam kepada guru diganti dengan kata ‘halo’,
saling tegur sapa antara siswa sudah menipis. Budaya menghormati guru dan
menyayangi sesama teman sudah memudar dan yang lebih menonjol justru tawuran,
ketidakharmonisan antar satu lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan
lainnya. Mencontek menjadi tradisi sehingga dalam paradigma siswa sudah tidak
memperdulikan lahi nilai-nilai moral, dan yang menjadi orientasi adalah nilai
dalam bentuk angka bukan ilmu pengetahuan yang berkah, apalagi iman dan takwa.
Apa gunanya pendidikan karatkter di ajarkan di sekolah
kalau kita tidak bisa menghasilkan iklim sekolah yang berkarakter?. Pendidikan
adalah alat bukan tujuan, artinya bahwa pendidikan hanya merupakan proses dalam
menciptakan inan yang ulul albab dan rahmatan lil alamin. Begitu juga nilai
hanyalah merupakan simbol dan yang terpenting adalah nilai kejujuran. Ilmu
pengetahuan yang dijiwai oleh semangat keimanan dan ketakwaan sehingga
menghasilkan peserta didik yang bisa diandalkan sebagai generasi penerus bangsa
di masa yang akan datang. Tidak hanya pintar tetapi juga cerdas, tidak hanya
kaya dengan nilai-nilai kesopanan, kejujuran serta keimanan dan ketakwaan.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak
lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS). MBS di Indonesia pada realitanya lebih memaknai sebagai upaya untuk
melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekola/Dewan Pendidikan yang
merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya,
pengusaha memiliki akses atau model yang lebuh luas. Hasilnya setelah
Komite Sekolah terbentuk, segala
pungutan uang kadang banyak.
Namun pada tingkat implementasinya, ia tidak
transparan. Karena yang dipilh menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah
adalah orang-orang terdekat dengan Kepala Sekolah. Nepotisme terjadi tanpa
memikirkan nasib sesungguhnya anak bangsa yang ingin maju dan berkembang.
Jadi bagaimanakah pendidikan yang harus diterapkan
di Indoensia? Masih banyak masalah pendidikan yang lain yang harus di benahi
oleh pemerintah. Perhatian pemerintah masih sangat minin. Gambaran ini
tercermin dari beragamnya maslah pendidikan yang makn rumit. Kualitas siswa
masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal. Bahkan
aturan UU Penddikan kacau.
Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negara kita
kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya
rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat Nasional, Propinsi,
maupun Kota dan Kabupaten. Penyelesain masalah pendidikan tidak semestinya
dilakukan secara terpisa-pisah, tetapi harus ditempuh dengan langkah atau
tindakan yang sifatanya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya emperhatikan
kepada kenaikan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas sumber daya
manusia dan mutu pendidikan di Indonesia
masih rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar