Senin, 29 Juli 2024

Sekedar Berbagi


Mari menjadi versi tebaik dari seorang insan yang Allah ciptakan 

Ya Allah, tolong berikan aku kekuatan dalam menjalani kehidupan yang Engkau titipkan⁠♡

Rasanya memang berat,
tapi kita punya Allah yang Maha Menguatkan.

Rasanya memang sesak, 
tapi kita punya Allah yang Maha Melapangkan.

Rasanya memang sulit, 
tapi kita punya Allah yang Maha Memudahkan.

Bagaimana mungkin kamu tak berharga, padahal kamu adalah hamba Allah, Sang Pemilik Semesta, yang telah diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, dan yang kehadirannya telah mengorbankan nyawa seorang ibu.

Jaga amanah yang Allah titipkan baik-baik yaa. Termasuk keselamatan dan kebaikan diri kamu sendiri.

The beautiful time will find you

Jumat, 26 April 2024

 Kamu tau nggak ?

Hal terhebat apa yang udah kamu lakuin sejauh ini ?

Menyimpan rapat luka dan masalahmu dari dunia.


Orang lain taunya kamu ketawa-tawa,

padahal habis nangis semalaman.

Orang lain lihat hidupmu enak,

padahal lagi banyak masalah yang harus dibereskan.

Orang lain ngertinya kamu kuat,

padahal berulang kali kamu ngeluh caaapek sama ALLAH.


Kamu sehebat itu loh ternyata ✨✨✨

Dan Allah sepercaya itu sama kamu buat ngadepin semuanya...

Semangat buat kamu ya, yang sedang berjuang untuk menjadi lebih baik lagi ☺️


Sabtu, 22 Desember 2018

Kearah Mana Akan dibawa Pendidikan di Indonesia?

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
“Kearah Mana Akan dibawa Pendidikan di Indonesia?”
Dosen Pengampu: Firdaus, M.Pd.I


Disusun Oleh:
Zakiah Ansari NST
                                                             146410099        


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU


Kearah mana akan dibawa Pendidikan di Indonesia?
Pendidikan merupakan hal terpenting untuk  masa depan, pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk sebuah perubahan dan pembangunan ke arah perkembangan yang maju. Tuntutan zaman lah yang membuat sebuah pendidikan harus lebih berkembang. Pendidikan yang membuat negara lebih berkembang, karena dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Tanpa pendidikan semua tidak akan sesuai dengan keinginan manusia pada hakikatnya untuk lebih maju dan berkembang.
Pada dasarnya pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik dituntut untuk dapat menigkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Pendidikan di Indonesia barada dalam sebuah dilema antara tujuan menciptakan hasil didik yang cerdas secara emosional dan spritual dengan menjunjung tinggi nila-nilai kejujuran dan nilai-nilai pancasila. Di satu sisi dengan pendidikan yang hanya menghasilkan peserta didik yang hanya pintar secara intelektual tetapi miskin akhlak dan moral, membangga-banggakan nilai yang di dapat dari cara yang kurang terpuji seperti menyontek ketika ulangan, dengan tanpa malu dan merasa berdosa memberikan contekan terhadap siswa ketika Ujian Nasional.
Tujuan pendidikan di Indonesia adalah dalam rangka menciptakan anak bangsa yang berkualitas, berjiwa pancasila yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga cerdas secara emosional dan spiritual dengan menjujung tinggi nilai-nilai kejujuran yang merupakan nilai-nilai pancasila. Yang lebih memprihatinkan ketika melihat kondisi siswa dimana ucapan salam kepada guru diganti dengan kata ‘halo’, saling tegur sapa antara siswa sudah menipis. Budaya menghormati guru dan menyayangi sesama teman sudah memudar dan yang lebih menonjol justru tawuran, ketidakharmonisan antar satu lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan lainnya. Mencontek menjadi tradisi sehingga dalam paradigma siswa sudah tidak memperdulikan lahi nilai-nilai moral, dan yang menjadi orientasi adalah nilai dalam bentuk angka bukan ilmu pengetahuan yang berkah, apalagi iman dan takwa.
Apa gunanya pendidikan karatkter di ajarkan di sekolah kalau kita tidak bisa menghasilkan iklim sekolah yang berkarakter?. Pendidikan adalah alat bukan tujuan, artinya bahwa pendidikan hanya merupakan proses dalam menciptakan inan yang ulul albab dan rahmatan lil alamin. Begitu juga nilai hanyalah merupakan simbol dan yang terpenting adalah nilai kejujuran. Ilmu pengetahuan yang dijiwai oleh semangat keimanan dan ketakwaan sehingga menghasilkan peserta didik yang bisa diandalkan sebagai generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Tidak hanya pintar tetapi juga cerdas, tidak hanya kaya dengan nilai-nilai kesopanan, kejujuran serta keimanan dan ketakwaan.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS di Indonesia pada realitanya lebih memaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekola/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atau model yang lebuh luas. Hasilnya setelah Komite  Sekolah terbentuk, segala pungutan uang kadang banyak.
Namun pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan. Karena yang dipilh menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang terdekat dengan Kepala Sekolah. Nepotisme terjadi tanpa memikirkan nasib sesungguhnya anak bangsa yang ingin maju dan berkembang.
Jadi bagaimanakah pendidikan yang harus diterapkan di Indoensia? Masih banyak masalah pendidikan yang lain yang harus di benahi oleh pemerintah. Perhatian pemerintah masih sangat minin. Gambaran ini tercermin dari beragamnya maslah pendidikan yang makn rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal. Bahkan aturan UU Penddikan kacau.
Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negara kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat Nasional, Propinsi, maupun Kota dan Kabupaten. Penyelesain masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisa-pisah, tetapi harus ditempuh dengan langkah atau tindakan yang sifatanya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya emperhatikan kepada kenaikan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas sumber daya manusia  dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah.

Jumat, 03 Juni 2016

Sekedar Berbagi :-)

Bacause of me

Ayah
Ayahku adalah orang yang paling manis di dunia ini.
Ayahku adalah orang yang paling tampan yang pernah kulihat.
Dia laki-laki yang sangat cerdas.
Dia laki-laki  yang sangat pintar.
Dan dia laki-laki yang sangat baik diantara laki-laki yang baik.

Ayah
Ayah adalah pahlawan bagiku
Dia sangatlah kuat dalam menjaga dan melindungiku.
Dia sangatlah giat dan rajin bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupku.

Tapi, dia BOHONG.
Dia bohong tentang  mempunyai pekerjaan yang bagus.
Dia bohong tentang mempunyai uang yang banyak.
Dia bohong ketika ia berkata ia tidak lelah sama sekali.
Dia bohong ketika ia berkata tidak lapar sama sekali.
Dia bohong kepadaku tentang semua yang terjadi padanya.

Dia BOHONG
Dia bohong karena aku.
Dia bohong karena ingin membahagiakan ku
Duhai sahabat, ketahuilah dalam kerja kerasnya seorang ayah.
Hanya satu dalam fikirannya, yaitu KAMU!
Buah hati yang paling ia cinta.
Maka setelah membaca pesan ini, berikanlah yang terbaik untuk ayah.
Belajarlah lebih giat.
Belajarlah lebih rajin.
Mengajilah lebih khusyuk.
Karena, kesuksesan mu lah yang akan membayar keletihannya di masa tua nanti J


BILANGAN ROMAWI

          Selain bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat, maupun bilangan pecahanyang telah kita pelajari, satu lagi himpunan bilangan yang akan kita pelajari adalahbilangan Romawi.Sebelum mengadopsi sistem bilangan Hindu Arab orang menggunakan penyimbolan dengan tangan yang ditemukan oleh bangsa Romawi. Tepatnya digunakan padaperiode warisan bangsa Etruscan. Penomoran bangsa Romawi didasarkan pada sistembiquinary. Asal Usul Bilangan Romawi I=1, V=5, dan X=10.

Sistem numerasi Romawi sudah dikenal sejak tahun 260 SM. Sistem numerasiyang kita kenal saat ini adalah pengembangan dari sistem yang lama.Menurut sejarah,angka romawi udah ada sejak zaman romawi kuno. Pada zaman dahulu kala orang romawi kuno menggunakan penomoran tersendiri yang sangat berbeda dengan sistem penomeranpada jaman seperti sekarang. Angka romawi hanya terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf tertentu di mana setiap huruf melambangkan / memiliki arti angka tertentu.Awalnya system perhitungannya diadaptasi dari system perhitungan milik bangsa Etruscan. Begitu dengan angka- angkanya, mirip banget dengan angka- angka milik bangsa Etruscan (disimbolkan berdasarkan huruf dan gambar). Berhubung angka- angka Etruscan susah buat ditulis maupun di baca, akhirnya pada abad pertengahan angka romawi disederhanakan. Contoh dalam bahasa Etruscan tertulis angka-angka : I ^ X П 8 П . Nah, dalam deretan angka romawi yang baru angka-angka itu berubah menjadi : I V X L C M. Secara umum, bilangan Romawi terdiri dari 7 angka (dilambangkan dengan huruf) sebagai berikut:

I melambangkan bilangan 1
V melambangkan bilangan 5
X melambangkan bilangan 10
L melambangkan bilangan 50
C melambangkan bilangan 100
D melambangkan bilangan 500
M melambangkan bilangan 1.000

Untuk bilangan-bilangan yang lain, dilambangkan oleh perpaduan (campuran) dariketujuh lambang bilangan tersebut.
Untuk membaca bilangan Romawi, dapat kita uraikan dalam bentuk penjumlahan seperti pada contoh berikut ini.Contoh:

a. II = I + I= 1 + 1= 2Jadi, II dibaca 2
b. VIII = V + I + I + I= 5 + 1 + 1 + 1= 8Jadi, VIII dibaca 8
c. LXXVI = L + X + X + V + I= 50 + 10 + 10 + 5 + 1= 76Jadi, LXXVI dibaca 76
d. CXXXVII = C + X + X + X + V + I + I= 100 + 10 + 10 + 10 + 5 + 1 + 1= 137 Jadi dibaca 137

Dari contoh-contoh di atas maka dapat di ketahui bahwa : makin ke kanan,nilainya semakin kecil. Tidak ada lambang bilangan dasar yang berjajar lebih dari tiga. Dari contoh-contoh tersebut dapat kita tuliskan aturan pertama dalam membaca lambang bilangan Romawi sebagai berikut:
*Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kanan, makalambang-lambang Romawi tersebut dijumlahkan.
*Penambahnya paling banyak tiga angka.

Bagaimana jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di sebelahkiri?. Untuk membaca bilangan Romawi, dapat kita uraikan dalam bentuk pengurangan seperti pada contoh berikut ini.Contoh:
a. IV = V – I= 5 – 1= 4 Jadi, IV dibaca 4
b. IX = X – I= 10 – 1= 9 Jadi, IX dibaca 9
c. XL = L – X= 50 – 10= 40 Jadi, XL dibaca 40

Dari contoh-contoh tersebut dapat kita tuliskan aturan kedua dalam membacalambang bilangan Romawi sebagai berikut:
*Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kiri, maka lambang-lambang Romawi tersebut dikurangkan.
*Pengurangan paling banyak satu angka.
*Angka I hanya boleh mengurangi angka V dan X.
*Angka X hanya boleh mengurangi angka L dan C.
*Angka C hanya boleh mengurangi angka D dan M.

Dari kedua aturan di atas (penjumlahan dan pengurangan) dapat digabung sehingga bisa lebih jelas dalam membaca lambang bilangan Romawi. Mari kita perhatikan contoh berikut ini:
a. XIV = X + (V – I)= 10 + (5 – 1)= 10 + 4= 14Jadi, XIV dibaca 14
b. MCMXCIX = M + (M  –  C) + (C – X) + (X– I)= 1.000 + (1.000 – 100) + (100 – 10) + (10 – 1)= 1.000 + 900 + 90 + 9= 1.999Jadi, MCMXCIX dibaca 1.999

Setelah bisa membaca bilangan Romawi, tentu kamu juga bisa menuliskan lambang bilangan Romawi dari bilangan asli yang ditentukan. Aturan-aturan dalam menuliskan lambang bilangan Romawi sama dengan yang telah kalian pelajari didepan. Mari kita perhatikan contoh berikut ini:

a. 24 = 20 + 4= (10 + 10) + (5 – 1)= XX + IV= XXIV Jadi, lambang bilangan Romawi 24 adalah XXIV
b. 48 = 40 + 8= (50 – 10) + (5 + 3)= XL + VIII= XLVIII Jadi, lambang bilangan Romawi 48 adalah XLVIII
c.139 = 100 + 30 + 9= 100 + (10 + 10 + 10) + (10– 1)= C + XXX + IX= CXXXIX Jadi, lambang bilangan Romawi 139 adalah CXXXIX
d. 1.496 = 1.000 + 400 + 90 + 6= 1.000 + (500–100) + (100 – 10) + (5 + 1)= M + CD + XC + VI= MCDXCVI Jadi, lambang bilangan Romawi 1.496 adalah MCDXCVI

Angka Romawi sangat umum digunakan sekarang ini, antara lain digunakan di jam,bab buku, penomoran sekuel film, penomoran seri event olahraga seperti Olimpiade. Namunbegitu, angka romawi memiliki kekurangan dalam penomoran yaitu:
1.Tidak ada angka nol / 0
2.Terlalu panjang untuk menyebut bilangan tertentu
3.Terbatas untuk bilangan-bilangan kecil saja.

Untuk menutupi kekurangan angka romawi pada keterbatasan angka kecil, makadibuat pengali seribu dengan simbol garis strip di atas simbol hurup (kecuali I).V / v dengan garis di atas untuk angka lima ribu / 5000X / x dengan garis di atas untuk angka sepuluh ribu / 10000L / l dengan garis di atas untuk angka lima puluh ribu / 50000C / c dengan garis di atas untuk angka seratus ribu / 100000D / d dengan garis di atas untuk angka lima ratus ribu / 500000M / m dengan garis di atas untuk angka satu juta / 1000000.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem numerasi romawi sudah dikenal sejak tahun 260 SM.Sistem numerasi romawi menggunakan basis 10 dengan angka dasar I, X, C, dan M.Angka-angka yang lain, yaitu V, L, dan D sebagai dasar tambahan untuk menyingkatangka dasar utama yang ditulis berulang.Dalam membaca bilangan Romawi ada beberapa aturan yaitu dengan penjumlahan,pengurangan, serta aturan gabungan.Bilangan Romawi memiliki beberapa kekurangan dalam penomoran, yaitu:tidak ada angka nol / 0, terlalu panjang untuk menyebut bilangan tertentu, terbatas untuk bilangan-bilangan kecil saja.


Aturan dan Sistem Bilangan Romawi
Ketujuh huruf yang harus diingat dalam sistem bilangan Romawi adalah :
 
I = 1
V = 5
X = 10
L = 50
C = 100
D = 500
M = 1000

Adapun aturan penulisan dasar bilangan romawi adalah :

1. Pengulangan hanya bisa dilakukan pada bilangan 1, 10, 100 dan 1000 (perhatikan pola yang terlihat). Jadi tak ada pengulangan untuk 5, 50 dan 500.
Contoh : II = 2 atau CCC = 300
Tapi tidak boleh VV untuk menyatakan 10 (10 dilambangkan dengan X).

2. Pengulangan hanya bisa dilakukan paling banyak tiga kali.
Contoh : III = 3 dan MMM = 3000.

3. Jika lambang bilangan yang lebih kecil berada di depan berarti kurang. Dan jika berada di belakang lambang bilangan yang lebih besar berarti tambah.
Contoh : IV= 4 karena 5 – 1 (perhatikan bahwa 4 tidak ditulis sebagai IIII seperti yang ditegaskan aturan kedua)
VIII = 8 karena 5+3

4. Aturan nomor 3 hanya berlaku bagi lambang bilangan yang berdekatan atau selang 1.
Contoh : XL = 40 karena 50-10
XC = 90 karena 100-10
Tapi tak bisa XD melambangkan 490 (500-10) karena penulisan yang tepat untuk 490 adalah CDXC (CD = 400 dan XC=90).

5. Untuk bilangan lebih dari 5000 terjadi pengulangan dengan menambah garis pada bagian atas lambang bilangan romawi tersebut. 
Contoh 5000 = V (dengan tambahan satu garis di atas V)
Penambahan garis menandakan bahwa bilangan dimaksud dikali 1000.



Sabtu, 21 Mei 2016

SUPERVISI

A.   PENGERTIAN,FUNGSI DAN PERAN SUPERVISI

1.      Pengertian supervisi Pendidikan

Sebelum supervisi didefinisikan terlebih dahulu dikenal dengan beberapa istilah yang kegiatannya mirip dengan supervisi yaitu inspeksi,penilikan,pengawasan,moniotoring,dan penilaian atau evaluasi.
Inspeksi berasal dari bahasa Belanda inspektie dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan inspection.Kedua kata tersebut memiliki arti yang sama yaitu pengawasan.Pelaku yang menjalankan pengawasan disebut dengan inspektur.Inspektur pendidikan bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan sekolah,mulai dari keberhasilan sekolah,masalah ketatausahaan,masalah kemuridan atau kesiswaan,keuangan dan sebagainya yang berkaitan dengan proses yang berjalan di sebuah sekolah termasuk kegiatan belajar mengajar.

 Selanjutnya dalam supervisi dikenal istilah penilikan dan pengawasan.Penilikan dan pengawasan mempunyai pengertian suatu kegiatan yang bukan hanya mencari kesalahan objek pengawasan itu semata-mata,tetapi juga mencari hal-hal yang sudah baik untuk dikembangkan lebih lanjut sedangkan hal-hal yang kurang baik dicatat dan disampaikan kepada pihak sekolah untuk diperhatikan atau diperbaiki.

Dilihat kegiataanya istilah Penilik dan Pemgawas memiliki pengertian yang sama,oleh karena itu sering dipertukarkan ( interchangable).
Dalam PP No.38 Tahun 1992 Pasal 20kedua istilah tersebut memiliki tugas masing-masing yaitu:
-          Pengawas yang dipakai untuk menunjukkan tugasya pada jalur  pendidkan sekolah;sedangkan
-          Penilik yang dipakai untuk menunjukkan tugasya pada jalur  pendidkan luar sekolah.
Monitoring adalah kegiatan pengumpulan data tentang suatu kegiatan sebagai bahan untuk melaksanakan penilaian.Seorang monitoring hanya bertugas untuk mengumpulkan data tanpa membandingkan data tersebut dengan kriteria tertentu.




            Kegiatan penilaian yang juga disebut evaluasi merupakan suatu proses membandingkan keadaan kuantitatif atau kualitatif suatu objek dengan kriteria tertentu untuk yang sudah ditetapkan sebelumnya.Evaluasi tersebut dilaksanakan untuk melihat apakah suatu  kegiatan telah mengikuti  proses yang ditetapkan serta mencapai hasil  yang diinginkan.Penilain denagan membandingkan antara apa yang dicapai dengan apa yang ditargetkan disebut penilaian keefektifan;sedangkan penilaian dengan membandingkan antara apa yang dicapai dengan berapa banyak sumber yang dikorbankan untuk itu disebut penilaian tentang efisiensi.
Apabila inspeksi,penilikan atau pengawasan,monitoring,serta penilaian masih dalam tahapan usaha mengetahui status suatu komponen atau kegiatan sistem serta memahami kekurangan dan atau kekuatannya,maka supervisi telah mengandung pengertian tindakan.Pengertiaan supervisi mencakup arti yang terkandung dalam istilah-istilah tersebut.Supervisi juga mengandung arti yang lebih luas,yaitu bantuan dan perbaikan.

Beberapa definisi supervisi,antara lain sebagai berikut:
1.      Daresh ( 1989 ),mendefinisikan supervisi sebagai suatu proses mengawasi kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan orgamisasi.
2.      Wiles ( 1955 ),mendefinisikannya sebagai bantuan dalam pembangunan situasi belajar mengajar.
3.      Lucio dan Mc Neil ( 1978 ),mendefinisikan tugas supervisi sebagai berikut:
a.       Tugas perencanaan,yaitu menetapkan kebijaksanaan dan program.
b.      Tugas administrasi,pengambilan keputusan serta pengkoordinasian melalui konferensi dan konsultasi yang dilakukan dalam usaha mencari perbaikankualitas pengajaran.
c.       Partisipasi secara langsung dalam pengembangan kurikulum,yaitu dalam kegiatan merumuskan tujuan,membuat penuntun mengajar bagi guru,dan memilih isi pengalaman belajar.
d.      Melaksanakan demonstrasi mengajar untuk guru-guru.
e.       Melaksanakan penelitian.
4.      Sergiovanni dan Starratt ( 1979 ,berpendapat bahwa tugas utama supervisi adalah perbaikan situasi pengajaran.
Dari berbagai definisi tersebut disimpulkan pengertian supervisi yaitu semua usaha yang dilakukan oleh supervisor untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki cara mengajar.


Kegiatan supervisi bertujuan untuk memperbaki proses dan hasil belajar mengajar.Kegiatan utamanya adalah membantu guru,tetapi dalam konteksnya yang luas menyangkut komponen sekolah yang lain.Sasaran supervisi dibedakan menjadi dua,yaitu berhubungan langsung dengan pengajaran dan berhubungan dengan pendukung pengajaran.Pada tahun 1992,Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN),menyarankan agar supervisi dibedakan menjadi supervisi satuan pendidikan dan supervisi bidang studi.
Supervisi satuan pendidikan adalah fungsi langsung dari manajemen pendidikan,sedangkan supervisi bidang Studi secara khusus terfokus kepada proses belajar mengajar..
Supervisi pengajaran berbeda dengan administrasi pendidikan.Administrasi pendidikan merupakan proses dan bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan pendidikan.Administrasi pendidikan menyangkut semua aspek kerja sama baik aspek manusia maupaun aspek non-manusia.Dengan demikian supervisi pendidikan juga merupakan bagian dari kegiatan administrasi pendidikan.


2.      Fungsi dan Peran Supervisi

Tidak semua orang dapat melakukan supervisi pengajaran,tetapi orang yang bertugas melakukan supervisi tersebut adalah orang yang memiliki keahlian khusus.Oleh karena itu,dapat dikatakan bahwa supervisi pengajaran merupakan pekerjaan profesional yang menuntut persyaratan sebagaimana layaknya pekerjaan profesional yang lain.Dalam PP No.38 Tahun 1992 telah terlihat arah profesionalisasi.Pasal 20 Ayat (3) peraturan tersebut mengatakan bahwa untuk menjadi pengawas perlu adanya pendidikan khusus.
 Kegiatan supervisi dilaksanakan melalui berbagai proses pemecahan masalah pengajaran.Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar.Dengan demikian,ciri utama supervisi pendidikan adalah perubahan,dalam artian peningkatan ke arah efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar secara terus menerus.

Program-program supervisi hendaknya memberikan rangsangan terhadap terjadinya perubahan dalam kegiatan pengajaran.Perubahan-perubahan ini dapat dilakukan antara lain melalui berbagai usaha inovasi dalam pengembangan kurikulum serta kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam jabatan untuk guru.Ada dua jenis sipervisi dilihat dari peranannya dalam perubahan itu,yaitu:
1)      Supervisi traktif,artinya supervisi yang hanya berusaha melakukan perubahan kecil karena menjaga kontinuitas.Misalnya,kegiatan ruti seperti pertemuan rutin dengan guru-guru untuk membicarakan kesulitan-kesulitan kecil;memberikan informasi tentang prosedur dan memberikan arahan dalam Prosedur Standar Operasi ( PSO ) dalam suatu kegiatan.
2)      Supervisi dinamik,yaitu supervisi yang diarahkan untuk mengubah lebih intensif praktek-praktek pengajaran tertentu.


B.    PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Dalam usaha mempertimggi efisiensi dan efektifitas proses pelaksanaan supervisi pendidikan,kegiatan supervisi tersebut perlu dilandasi ole hal-hal sebagai berikut:
a)      Kegiatan supervisi pendidikan harus dilandaskan atas filsafat Pancasila.
b)      Pemecahan masalah supervisi harus dilandaskan kepada pendekatan ilmiah dan dilakukan secara kreatif.
c)      Keberhasilan supervisi harus dinilai dari sejauh mana kegiatan tersebut menunjang prestasi belajar siswa dalam proses belajar-mengajar.
d)      Supervisi harus dapat menjamin kontinuitas perbaikan dan perubahan program pengajran.
e)      Supervisi bertujuan untuk mengembangkn keadaan yang favorable untuk terjadinya proses belajar-mengajar yang efektif.
Tugas seorang supervisor (Haaris,1975) adalah membantu guru dalam hal:
a)      Pengembangan kurikulum
b)      Pengorganisasian pengjaran
c)      Pemenuhan fasilitas sesuai dengan rancangan proses belajar-mengajar
d)      Perencanaan dan perolehan bahan pengajaran sesuai dengan rancangan kurikulum
e)      Perencanaan dn implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar dan unjuk kerja guru dalam melaksanakan pengajaran
f)       Pelaksanaan orientasi tentang suatu tugas atau cara baru dalam proses belajar-mengajar
g)      Pengkoordinasian antara kegiatan belajar-mengajar dengan kegiatan layanan lain yang diberikan sekolah atau lembaga pendidikan kepada siswa
h)      Pengembangan hubungan dengan masyarakat dengan mengusahakan lalu lintas iformasi yang bebas tentang hal yang berhubungn tentang kegiatan pengajaran
i)        Pelaksanaan evaluasi pengajaran,terutama dalam pendidikan,pembuatan instrumen, pengorganisasian dan penetpan prosedur untuk pengumpulan data,analisis dan interprestasi hasil pengumpulan data serta pembutan keputusan untuk perbaikan proses pengajaran.




C.   TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN

Ada empat pendekatan dalam supervisi.Pendekatan itu antara lain adalah pendekatan humanistik,pendekatan kompetensi,pendekatan klinis dan pendekatan profesional.

1.      Pendekatan Humanistik

Pendekatan Humanistik adalah salah satu pedekatan yang serigkali dipakai dalam melaksanakan supervisi.Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai alat semata-mata untuk meningkatkan kualitas mengajar.Tugas supervisor adalah membimbing sehingga makin lama uru dapat berdiri sendiri dan berkembang dalam jabatannya denga usaha sendiri.Supervisor percaya bahwa guru mampu melakukan analisis dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dalam tugasnya sebagai pengajar.Supervisor hanya berfungsi sebagai fasilitator denga menggunakan stuktur formal sesedikit mungkin.
Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang menggunakan pendekatan humanistik tidak mempunyai format yang standar,tetapi tergantung kepada kebutuhan guru.
            Ada lima tahapan supervisi antara lain sebagai berikut:
a.       Pembicaraan Awal.
b.      Observasi.
c.       Analisis dan interprestasi.
d.      Pembicaraan akhir.
e.       Laporan.

2.      Pendekatan Kompetensi

Pendekatan ini memiliki makna bahwa guru harus memiliki kompetensi tertentu untukdalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.Guru yang tidak memiliki kompetensi dianggap tidak produktif.Pada kasus ini,supervisor bertugas  untuk menciptkan lingkungan yang terstruktur sehingga secara bertahap guru dapat menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar. Situasi yang terstruktur antara lain sebagai berikut:
a.       Definisi tentang tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan untuk setiap kegiatan.
b.      Penilain kemampuan mula guru dengan segala pirantinya.
c.       Program supervisi yang dilaksanakan dengan segala rencana terinci tentang pelaksanaannya.
d.      Monitoring kemajuan dan penilaian untuk mengetahui apakah program itu berhasil atau tidak.

Teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut:
a.       Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikehendaki.
b.      Menetapkan target unjuk kerja.
c.       Menentukan aktivitas unjuk kerja.
d.      Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja.
e.       Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring.
f.       Pembicaraan akhir.

Instrumen supervisi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah format-format yang berisi:
a.       Tujuan supervisi
b.      Target yang akan dicapai
c.       Tugas supervisor dan guru untuk memperbaiki unjuk kerja guru
d.      Kriteria pencapaian target
e.       Pengumpulan data monitoring
f.       Evaluasi dan tindak lanjut.
Analisis dilakukan secara bersama-sama (kolaboratif) antara supervisor dan guru sehingga dicapai kesepakatan tentang status kompetensi guru setelah supervisi.Kesepakatan ini dilakukan melalui pembicaraan akhir.

3.      Pendekatan Klinis

Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa proses belajar guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru itu.
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya dengan  itu.
Menurut Goldhammer,Anderson,dan Krajewski (1980) ada sembilan karakteristik supervisi Klinis,yaitu :
a.       Merupakan teknilogi dalam memperbaiki pengajaran.
b.      Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran
c.       Berorientasdi kepada tujuan,mengombinasikan tujun sekolah,dan mengembangkan kebutuhan pribadi.
d.      Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor
e.       Memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian,dukungan,dan komitmen untuk berkembang
f.       Suatu usaha yang sistematik,namun memerlukan keluwesan dan perubahan metodologi yang terus-menerus
g.       Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan antara keadaan real dan ideal
h.      Mengasumsikan bahwa supervisor mengetahui lebih banyak dibandingkan dengan guru
i.        Memerlukan latihan untuk supervisor.
Sasaran supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan bukan perbaikan kepribadian guru.untuk itu supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru yang meliputi antara lain:
a.       Ketermpilan mengamati dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran secara analitis
b.      Keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat
c.       Keterampilan dalam pembaruan kurikulum,pelaksanaan serta pencobaannya
d.      Keterampilan dalam mengajar.

Sasaran supervisi klinis seringkali dipusatkan pada:
a.       Kesadaran dan kepercayaan diridalam melaksanakan tugas mengajar
b.      Keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar (grneric skills) yang meliputi:
1)      Keterampilan dalam menggunakan variasi dala mengajar dan menggunakan stimulasi
2)      Keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar
3)      Keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas
Ada lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis,yaitu:
a.       Pembicaraan pra-observasi
b.      Melaksanakan observasi
c.       Melakuksn analisis dan menentukan strategi
d.      Melakuksn pembicaraan tentang hasil supervisi
e.       Melakukan analisis setelah pembicaraan.

4.      Pendekatan Profesional

Kata profesional menunjuk pada fungsi utama guru yang melaksanakan pengajaran secara profesional.Asumsi dasarpendekatan in adalah bahwa karena tugas utama guru adalahmengajar makasasaran supervisi juga harus mengarahkan pada hal-hal tugas mengajar itu,dan bukan tugas guru yang sifatnya administratif.
Teknik-teknik supervisi profesional antara lain sebagai berikut:
1)      Penataran yang diberikan kepada guru harus diberikan bersama dengan kepala sekolah dan pengawas.isi penataran bersama ini antara lain sebagai berikut:
a)      Metode umum tentang pemanfaatan waktu belajar,perbedaan individual siswa,belajar aktif,belajar berkelompok,teknik bertanya dan umpan balik
b)      Metode khusus IPA,Matematika,IPS dan Bahasa
c)      Pengalaman lapangan bagi petatardalam menerapkan metode umum dan metode khusus
d)      Pembinaan profesional
2)      Penggugusan merupakan teknik pembinaan di dalam masing-masing sekolah maupan di dalam kelompok sekolah yang berdekatanpenggugusan ini merupakn kelanjutan dari sistem penataran
3)      KKG,KKKS,KKPS, dan PKG, dipergunakan sebagai wadah pengorganisasian dan pembinaan guru,kepala sekolah,dan pengawas sekelompok untuk melakukan kegiatan peningkatan kualitas pengajaran.
Supervisi profesional ini tidak jauh berbeda dengan bentuk supervisi lainnya.Jika dalam supervisi yang lain guru mendapat pembinaan dari pihak atasan,maka dalam pendekatan ini gurumendapat bimbingan dari sejawatnya.Melalui penggugusan ada langkah-langkah dalam kegiatan pembinaan sebagai berikut:

1)      Tahap Pertemuan.
2)      Tahap Pengajuan masalah
3)      Tahap Pembahasan
4)      Tahap Implementasi
5)      Tahap Pengumpulan Balikan
Untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut guru melengkapi dirinya dengan instrumen berupa angket untuk siswa,check list untuk mengamati perilaku dan keberhasilan siswa,serta catatan-catatan singkat untuk permasalahan,alternatif pemecahan,dan umpan balik

D.     PERANAN GURU DALAM  SUPERVISI
Seperti yang telah kita ketahui bahwa supervisi pendidikan bertujuan untuk membantu guru dalam memperbaiki proses belajar mengajar melalui peningkatan kompetensi guru itu sendiri dalam melaksanakan tugas profesional mengajarnya.Dengan demikian pengaruh guru terhadap sukses dan tidaknya program supervisi ini sangat besar.Guru hendaknya secara aktif memberikan masukan kepada supervisor tentang masalah yang dihadapi dalam mengajar,guru harus mengatakan dengan jujur tentang masalah yang dihadapinya sehingga dapat dicari cara pemecahan yang tepat.Sasaran utama dalam supervisi adalah guru.
Fase evaluasi program supervisi merupakan kesempatan yang baik bagi guru untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai dan kekurangan apa yang masi diperbaiki.Supervisor dapat memberikan saran saran secara terbuka tentang masalah-masalah yang ditemukan dalam penilaian,dan guru harus bersifat terbuka untuk menerimanya.


Minggu, 15 Mei 2016

Teori Belajar Aliran Konstruktivisme


A.   Pengertian Teori Aliran Konstruktivisme
Asal kata konstruktivisme adalah “to construct” yang artinya membangun atau menyusun. Menurut Carin (dalam Anggriamurti, 2009) bahwa teori konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang menenkankan bahwa para siswa sebagai pebelajar tidak menerima begitu saja pengetahuan yang mereka dapatkan, tetapi mereka secara aktif membengun pengetahuan secara individual. Menurut Von Glasersfeld (dalam Anggriamurti, 2009) bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu berinteraksi dengan lingkungannya.
Belajar menurut  konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawa siswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang menulis dengan bahasa dan kata – kata mereka sendiri.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya (Shymansky,1992).
Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan mempunyai dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan yang ditemuinya, mengadakan renungan, mengekspresikan ide dan gagasan sehingga diperoleh konstruksi yang baru.
Berkaitan dengan konstruktivisme, terdapat dua teori belajar yang dikaji dan dikembangkan oleh Jean Piaget dan Vygotsky, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
B.   Teori Belajar Konstruktivisme Piaget
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya.
Proses mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut:
a)    Skemata
Sekumpulan konsep yang digunakan  ketika berinteraksi dengan lingkungan disebut dengan skemata.
Sejak kecil anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema (schema). Skema terbentuk karena pengalaman. Misalnya, anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya, ia dapat menangkap perbedaan keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat dan kelinci berkaki dua. Pada akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki empat dan binatang berkaki dua. Semakin dewasa anak, maka semakin sempunalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan sekema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi.

b)   Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.
c)    Akomodasi
Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
d)   Keseimbangan
Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.
e)        Teori Adaptasi Intelek
Bagi Piaget, mengerti adalah suatu proses adaptasi intelektual yang dengan pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui oleh seseorang yang sedang belajar untuk membentuk struktur pengertian yang baru.
Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembangan mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan; (1) perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama, (2) tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan (3) gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).      
C.   Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Ratumanan (2004:45) mengemukakan bahwa karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan demikian  perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem  komunikasi budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini  untuk menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri.
Menurut Slavin  (Ratumanan, 2004:49)  ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan (scaffolding). Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggungjawab untuk pembelajarannya sendiri. Oleh karena itu, konsep teori perkembangan kognitif Vygotsky berkutat pada tiga hal:

1.    Hukum Genetik tentang Perkembangan (Genetic Law of Development)
Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan, yaitu tataran sosial lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada dirinya.

2.    Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development)
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain. Vygotsky membedakan antara actual development dan potential development pada anak. Actual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.

Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, di mana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.

Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan pada interaksi sosial dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui perubahan yang berturut-turut dalam berbicara dan bersikap, siswa mendiskusikan pengertian barunya dengan temannya kemudian mencocokkan dan mendalami kemudian menggunakannya. Sebuah konsekuensi pada proses ini adalah bahwa siswa belajar untuk pengaturan sendiri (self-regulation). 

3.    Mediasi
Mediator yang diperankan lewat tanda maupun lambang adalah kunci utama memahami proses-proses sosial dan psikologis. Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan kognitif Vygotsky akan ditemukan dua jenis mediasi, yaitu metakognitif dan mediasi kognitif. Media metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan self regulation (pengaturan diri) yang mencakup self planning, self monitoring, self checking, dan self evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Sedangkan media kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu. Sehingga media ini dapat berhubungan dengan konsep spontan (yang mungkin salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).

 Inti Teori Vygotsky

Seperti sudah sedikit dibahas dalam penjelasan sebelumnya, bahwa Vygotsky lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam pengembangan intelektual atau kognitif anak. Vygotsky memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu.


Secara singkat, teori perkembangan sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan perkembangan kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan perhatiannya pada hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan. Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang anak. 
Pengetahuan tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kurang teridentifikasi secara jelas, tidak logis, dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan dari pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
Pengetahuan ilmiah terbentuk dari sebuah proses relasi anak dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini bergantung pada seberapa besar kemampuan anak dalam menangkap model yang lebih ilmiah. Dalam proses ini bahasa memegang peranan yang sangat penting. Bahasa sebagai alat berkomunikasi yang membantu anak dalam menyampaikan pemikirannya dengan orang lain. Dengan demikian diperlukan sebuah penyatuan antara pemikiran dan bahasa. 
Seorang anak dalam masa pembelajarannya, idealnya harus mampu memvisulisasikan apa yang menjadi pemikirannya dalam bahasa. Ketika hal tersebut telah mampu terwujud itu berarti ia juga telah mampu menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk berbicara-sendiri. Menurut Vygotsky seorang anak yang mampu melakukan pembicaraan pribadi lebih berpeluang untuk lebih baik dalam hubungan sosial. Karena pembicaraan pribadi adalah sebuah langkah awal bagi seorang anak untuk lebih mampu berkomunikasi secara sosial. Bahasa adalah sebuah bentuk awal yang berbasis sosial. Pandangan Vygotsky ini berkonfrontasi dengan Piaget yang lebih menekankan pada percakapan anak yang bersifat egosentris.
Unsur yang perlu untuk dibahas lebih lanjut adalah mengenai kebudayaan dan masyarakat. Seperti sudah dikatakan pada awal penjelasan tadi, dalam teori Vygotsky, kebudayaan adalah penentu utama perkembangan individu. Kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bentuk, seperti bahasa, agama, mata pencaharian, dan lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky terdapat tiga klaim besar. Pertama, bahwa kemampuan kognitif seorang anak dapat diketahui hanya jika dianalisis dan ditafsirkan. Kedua, kemampuan kognitif diperoleh dengan bantuan kata, bahasa, dan bentuk percakapan, sebuah bentuk alat dalam psikologi yang membantu seseorang untuk mentransformasi kegiatan mental. Vygotsky berargumen bahwa sejak kecil seorang anak mulai menggunakan bahasa untuk merencanakan setiap aktivitasnya dan mengatasi masalahnya. Ketiga, kemampuan kognitif berasal dari hubungan-hubungan sosial ditempelkan pada latar belakang sosiokultural.

a.    Pengelolaan pembelajaran
Interaksi sosial individu dengan lingkungannya sengat mempengaruhi perkembanganbelajar seseorang, sehingga perkemkembangan sifat-sifat dan jenis manusia akan dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. Menurut Vygotsky dalam Slavin (2000), peserta didik melaksanakan aktivitas belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sejawat yang mempunyai kemampuan lebih. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual peserta didik.
b.    Pemberian bimbingan
Menurut Vygotsky, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka (Wersch,1985), yaitu tugas-tugas yang terletak di atas peringkat perkembangannya. Menurut Vygotsky, pada saat peserta didik melaksanakan aktivitas di dalam daerah perkembangan terdekat mereka, tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan atau bantuan orang lain.

D.    Prinsip - Prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah :
1.      Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2.       Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
3.      Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
4.      Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5.      Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6.      Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7.      Mencari dan menilai pendapat siswa
8.      Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.

E.   Kelemahan Dan Kelebihan Teori Konstruktivisme
Kelebihan pendekatan konstruktivisme antara lain:
1. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Peserta didik menurut konstruktivisme adalah peseta didik yang aktif mengkonstruksi pengetahuan yang dia dapat. Mereka membandingkan pengalaman kognitif mereka dengan persepsi kognitif mereka tentang sesuatu. Jadi guru dalam pembelajaran konstruktivisme hanya fasilitator, bukan model atau sumber utama yang bertugas untuk mentransfer ilmu pada siswa.
2.    Pembelajar lebih aktif dan kreatif. Sebagai akibat konstruksi mandiri pembelajar terhadap sesuatu, pembelajar dituntut aktif dan kreatif untuk mengaitkan ilmu baru yang mereka dapat dengan pengalaman mereka sebelumnya sehingga tercipta konsep yang sesuai dengan yang diharapkan.
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Belajar bermakna berarti mengkonstruksi informasi dalam struktur pengertian lamanya. Jadi dapat dijabarkan bahwa dalam konstruktivisme, pembelajar mendapatkan ilmunya tidak hanya dengan mendengarkan penjelasan gurunya, tetapi juga dengan mengaitkan pengalaman pribadi mereka dengan informasi baru yang mereka dapat. Sesuatu yang didapat dengan proses pencarian secara mandiri akan menimbulkan makna yang mendalam terhadap ilmu baru itu.
4. Pembelajar memiliki kebebasan belajar. Kebebasan disini berarti bahwa pembelajar dapat dengan bebas mengkonstruksi ilmu baru itu sesuai pengalamannya sebelumnya, sehingga tercipta konsep yang diinginkan.
5.  Perbedaan individual terukur dan dihargai. Karena proses belajar sesuai konstruktivisme adalah proses belajar mandiri, maka potensi individu akan terukur dengan sangat jelas.
6.    Membina sikap produktif dan percaya diri. Pembelajar diharapkan selalu mengkonstruksi ilmu barunya, sehingga mereka akan produktif menciptakan konsep baru tentang sesuatu untuk diri mereka sendiri. Rasa percaya diri juga dipupuk dalam filsafat ini dengan memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk menggunakan pengalaman mereka sendiri untuk melahirkan konsep baru yang nantinya akan mereka aplikasikan untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
7. Proses evaluasi difokuskan pada penilaian proses. Filsafat konstruktivisme menuntun pembelajar untuk mengkonstruksi ilmu barunya dengan merefleksi pada pengalaman sebelumnya untuk membuat konsep baru. Dalam praktek pengajaran, penyelesaian materi dan hasil bukanlah merupakan hal terpenting. Yang lebih penting adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan partisipasi murid. Belajar adalah kegiatan murid untuk membentuk pengetahuan.
8.    Berfikir proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan.
9.    Faham, karena murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengaplikasikannya dalam semua situasi.
10. Ingat : karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
11. Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan teman dan guru dalam membina pengetahuan baru.

Disisi lain pendekatan konstruktivisme juga memiliki kelemahan diantaranya adalah :
1.   Kemauan dan kemampuan belajar yang lemah dari pembelajar akan mengakibatkan proses konstruksi menjadi terhambat, karena dalam filsafat konstruktifisme yang berperan aktif dalam pembelajaran adalah pembelajar.
2.   Terkadang pembelajar tidak memiliki ketekunan dan keuletan dalam mengkonstruksi pemahamannya terhadap sesuatu, itu bisa saja menjadi kendala dalam prosesnya mengerti sesuatu.
3.   Pembelajaran kelas dapat lama, bila ada beberapa siswa yang kurang cepat berpikir.
4.    Gerak kelas dapat sangat berlainan bila siswanya beraneka inteligensi.
5.   Pengaturan kelas kadang lebih sulit.

6.    Pendekatan konstruktivisme memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran yang lain, membutuhkan kelengkapan sarana/prasarana dan media penunjang pembelajaran serta menuntut adanya ketrampilan dan kecakapan lebih dari guru dalam mengelola kelas yang dikembangkan dengan pendekatan model pembelajaran konstruktivisme.